Oleh Heri Eko Adhianto
BALI—Telah lama menjadi destinasi pariwisata dunia yang terkenal, tidak hanya karena keindahan alam dan budayanya, tetapi juga karena komitmennya dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Berikut adalah beberapa strategi yang diterapkan Bali yang dapat menjadi pelajaran bagi provinsi lain:
1. Penerapan Konsep Tri Hita Karana
Bali mengintegrasikan filosofi lokal Tri Hita Karana (harmoni antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam) dalam pengelolaan pariwisata. Konsep ini mendorong keseimbangan antara pembangunan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan keberlanjutan budaya.
2. Pengelolaan Lingkungan yang Ketat
Bali memberlakukan peraturan ketat terkait pengelolaan sampah, penggunaan plastik sekali pakai, dan perlindungan kawasan alam. Contohnya, larangan penggunaan kantong plastik dan program Bali Clean and Green telah mengurangi dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan. Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) No. 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
3. Pengembangan Desa Wisata
Bali mengembangkan desa wisata yang melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata. Desa-desa seperti Penglipuran dan Ubud menjadi contoh sukses bagaimana pariwisata dapat meningkatkan ekonomi lokal tanpa merusak budaya dan lingkungan.
4. Pariwisata Berbasis Budaya
Bali mempertahankan dan mempromosikan budaya lokal sebagai daya tarik utama pariwisata. Upacara adat, tarian tradisional, dan kerajinan tangan menjadi bagian integral dari pengalaman wisatawan, sekaligus melestarikan warisan budaya.
5. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat
Pemerintah dan komunitas lokal di Bali aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pariwisata berkelanjutan. Program-program pelatihan dan kampanye kesadaran lingkungan membantu masyarakat memahami peran mereka dalam menjaga keberlanjutan.
6. Kolaborasi dengan Stakeholder
Bali melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, swasta, LSM, dan masyarakat lokal, dalam perencanaan dan pengelolaan pariwisata. Kolaborasi ini memastikan bahwa kepentingan semua pihak terakomodasi dan pariwisata berkembang secara inklusif.
7. Pemanfaatan Teknologi Hijau
Bali mulai mengadopsi teknologi ramah lingkungan, seperti energi terbarukan (surya dan biogas) di hotel dan restoran, serta sistem pengolahan air limbah yang efektif. Langkah ini mengurangi jejak karbon sektor pariwisata.
8. Pengendalian Overtourism
Bali mengelola jumlah wisatawan dengan membatasi akses ke destinasi tertentu, seperti Nusa Penida, dan mengalihkan kunjungan ke destinasi yang kurang populer. Hal ini membantu mengurangi tekanan pada lingkungan dan infrastruktur.
9. Promosi Pariwisata Bertanggung Jawab
Bali aktif mempromosikan pariwisata yang bertanggung jawab melalui kampanye dan program seperti Bali Responsible Tourism. Wisatawan diajak untuk menghormati budaya lokal dan menjaga lingkungan selama kunjungan mereka.
10. Penguatan Regulasi dan Penegakan Hukum
Pemerintah Bali memberlakukan regulasi yang ketat terkait pembangunan infrastruktur pariwisata, seperti pembatasan ketinggian bangunan dan perlindungan kawasan hijau. Penegakan hukum yang konsisten memastikan aturan ini dipatuhi.
Pelajaran untuk Provinsi Lain
Provinsi lain dapat mencontoh Bali dengan:
– Mengintegrasikan nilai-nilai lokal dalam pengembangan pariwisata.
– Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengelolaan.
– Menerapkan kebijakan lingkungan yang ketat.
– Mengedukasi wisatawan dan masyarakat tentang pariwisata berkelanjutan.
– Menggunakan teknologi ramah lingkungan dan energi terbarukan.
Dengan mengadopsi strategi-strategi ini, provinsi lain dapat mengembangkan pariwisata yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian alam dan budaya untuk generasi mendatang.