Bandar Lampung, intermedianews.co.id-Rektor Universitas Saburai, Dr. Sodirin, SE, MM mengapresiasi langkah strategis Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal, dalam mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai pondasi utama kemajuan daerah.
Menurutnya, keberhasilan program ini sangat bergantung pada kolaborasi konkret antara dunia pendidikan, pemerintah daerah, dan sektor usaha.
“Program peningkatan IPM ini tidak bisa hanya ditopang oleh satu pihak. Pendidikan adalah urusan kita bersama. Kampus, sekolah, pemerintah, dan dunia usaha harus duduk satu meja, punya visi yang sama, dan bergerak bersama,” ujar Dr. Sodirin dalam keterangan rilis nya, Minggu (25/5/2025).
Ia menilai, titik kritis dari rendahnya IPM Lampung yang saat ini berada di peringkat ke-20 nasional dan terakhir di Sumatera terletak pada rendahnya akses dan kualitas pendidikan, khususnya di daerah-daerah terpencil yang belum mendapatkan perhatian serius.
“Kalau kita mau mengejar ketertinggalan, maka prioritas pertama adalah membenahi akses dan kualitas pendidikan dasar hingga tinggi. Sarana dan prasarana harus ditingkatkan. Tapi yang lebih penting adalah ekosistem yang sinergis, dari SD sampai perguruan tinggi,” katanya.
Lebih jauh, Dr. Sodirin juga menyoroti tantangan besar dalam penyerapan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi di Lampung. Setiap tahun, sekitar 30 ribu mahasiswa lulus dari kampus-kampus di Lampung, namun hanya sebagian kecil yang terserap oleh industri lokal.
“Ini masalah serius. Banyak lulusan kita tidak tertampung karena jumlah industri yang terbatas. Solusinya harus menyentuh akar. Pemerintah harus mendorong investasi dan menciptakan iklim usaha yang ramah. Kalau perlu, perizinan dipangkas, insentif diberikan, agar perusahaan-perusahaan tertarik menanamkan modalnya di Lampung,” tegasnya.
Ketua MCMI provinsi Lampung ini juga menegaskan bahwa pendidikan tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Ia mendorong adanya keterpaduan sistem dari pendidikan dasar hingga tinggi yang terintegrasi dengan kebutuhan industri.
“Jangan lagi ada ego sektoral. Dunia pendidikan harus mampu mencetak lulusan yang bukan hanya lulus secara administratif, tapi kompeten dan siap kerja. Ini hanya bisa terwujud jika ada kolaborasi antar lembaga, penyelarasan kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja, dan pengetatan standar kelulusan,” ucapnya.
Menanggapi pernyataan Gubernur Lampung terkait rendahnya persentase siswa yang melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, Sodirin menilai perlu ada intervensi kebijakan yang menyeluruh, termasuk bantuan pendidikan, afirmasi untuk daerah tertinggal, dan penguatan program vokasi.
“Kalau hanya 21 persen lulusan SMA yang masuk perguruan tinggi, artinya ada yang salah di sistem kita. Kita perlu memastikan tidak ada anak-anak yang kehilangan masa depan hanya karena persoalan ekonomi atau akses,” ujarnya.
Ia menutup pernyataannya dengan ajakan kepada seluruh elemen untuk bersatu dalam menyambut peluang besar bonus demografi yang akan mencapai puncaknya di tahun 2028.
“Periode 2025–2030 ini masa emas. Kalau kita gagal memanfaatkan, maka generasi hari ini akan jadi beban, bukan kekuatan. Maka mari kita kolaborasi, sinergi, dan ambil tanggung jawab masing-masing untuk membangun Lampung lewat pendidikan yang bermutu dan relevan,” tutup Dr. Sodirin.