Tulang Bawang Barat, intermedianrws.co.id–Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tulangbawang Barat (TUBABA) akan memangil pihak perusahaan pabrik pengolahan pabrik tapioka dan lapak singkong yang melakukan aktifitas beli singkong di kabupaten tersebut dalam waktu dekat.
Hal itu di katakan Ketua Komisi I DPRD Tubaba, Yantoni, saat hearing dengar pendapat, saat menerima puluhan perwakilan petani singkong dari berbagai tiyuh yang di dampingi Camat Tulangbawang Udik dan Camat Gunung Agung, Kepalo Tiyuh Karta, dan tokoh masyarakat dan petani singkong setempat.
Ketua Komisi I DPRD Tubaba, mengatakan, tujuan rapat dengar pendapat (RDP) ini untuk mendengarkan aspirasi dan keluh kesah para petani, khusunya petani singkong dan mencari solusi strategis guna menstabilkan harga singkong yang akhir akhir ini harganya sangat merosot drastis.
“Kami ingin mencari solusi terbaik agar harga singkong kembali stabil dan para petani singkong tidak dirugikan,” ujar Yantoni, didampinggi para anggota komisi 1 DPRD Tubaba.
Yantoni juga mengatakan untuk menindaklanjuti hasil hearing ini, DPRD Tubaba dalam waktu dekat akan memangil semua perusahaan pabrik singkong/tapioka yang ada di Kabupaten Tulangbawang Barat, dan Pemerintah Daerah, dan Instansi terkait, untuk duduk satu meja bersama-sama membahas penentuan dan kebijakan harga singkong sebagai komoditas utama bahan baku tapioka. Sehingga petani tidak lagi menjerit dan perusahaan tidak keberatan menaikan harga beli singkong dari petani.
Rapat ini juga menanggapi dari aksi unjuk rasa yang dilakukan petani di pabrik BW Penumangan Baru beberapa hari yang lalu. Para petani mendesak pemerintah untuk meminta pabrik menaikkan harga beli singkong serta menurunkan biaya refaksi atau potongan yang rendah.
Sementara itu, Armudi wakil dari petani singkong asal Tiyuh Karta, Kecamatan Tulangbawang Udik, mengatakan tingginya biaya produksi yg mencapai Rp 15 juta per hektar, akibat tingginya biaya pengolahan, mulai beli bibit, olah lahan, tanam, perawatan, biaya pupuk dan sewa lahan, dan upah tenaga kerja, dengan hasil rata-rata 25 ton per hektar.
Dengan harga singkong saat ini sekitar Rp. 1.190 per kilogram dan potongan refaksi antara 20% hingga 25% dari total berat singkong, ongkos cabut dan biaya transportasi dari ladang ke pabrik.
Tidak sebanding dengan harga bersih yang diterima petani sekarang hanya sebesar Rp 500 per kilogram. Akibat biaya transportasi dan potongan refaksi yg ditetap secara sepihak oleh perusahaan ada yang mencapai refaksi 30%.
Armudi berharap melalui wakil rakyat yang duduk di DPRD Tubaba dapat secepatnya memangil pihak perusahaan tapioka dan pihak Pemda serta instansi terkait guna membahas dan memberikan solusi demi kepentingan kebutuhan ekonomi dan keberlangsungan hidup petani singkong.
Para petani mengharapkan pihak perusahaan pabrik singkong dapat kembali membeli singkong petani minimal harga singkong Rp 1500 per kilogram dengan potongan refraksi maks 15%.. Dengan segitu petani bisa memperoleh harga bersih sekitar Rp1.000 per kilogram.