SMART VILLAGE : PROGRAM PJ BUPAT
TULANGBAWANG BARAT–Agenda utama PJ Bupati Tubaba sangat menarik, yakni akan mendorong proses 96 Tiyuh menjadi program Smart Villege. Secara teoritis konseptual Smart Villege mengandung makna ” Desa / Tiyuh Cerdas ” yang berbasis pada penekanan pemakaian perkembangan teknologi digital informasi.
Jika kita sedikit menyimak Smart Village merupakan program besar yang digagas oleh Pemerintah Pusat yang teruskan pada tingkat bawah Gubernur hingga kabupaten kota. Sebagai catatan statistik data ada 2.345 jumlah desa/tiyuh secara keseluruhan yang ada diProvinsi Lampung.
Yang menjadi sasaran awal Smart Village ada 780 desa/tiyuh. Yang akan menjadi sasaran utama menjadi Smart Village ada 130 desa / tiyuh ( sumber data : marert 2021). Artinya sudah satu tahun lebih program Smart Villege ini dicanangkan diwilayah Provinsi Lampung. Dimana lending sektornya adalah DPMDT ( Provinsi – kabupaten kota).
Menariknya entah mengapa alasan apa program Smart Village belum diperkenalkan oleh Bupati yang lama di Tubaba. Baru PJ Bupati yang baru ini program smart villege diperkenalkan diTubaba untuk 96 Tiyuh. Padahal smart village merupakan sebuah program yang sangat menarik untuk dikembangan.
Syarat menjadi smart village untuk 96 tiyuh seTubaba tak memenuhi kendala. Karna hari ini dari 96 Tiyuh seTubaba tak ada yang masuk kategori desa/tiyuh tertinggal. Desa / tiyuh tertinggal memiliki gambaran salah satunya rendah dalam pelayanan publik – minim alat transportasi atau terisolisir dari dunia luar.
Sasaran dari smart village ada enam pilar sebagai parameter utama yang ingin dicapai. Yakni masyarakat cerdas – ekonomi cerdas – tata kelolah cerdas – lingkungan cerdas – kehidupan cerdas dan mobilitas cerdas. Semuanya enam pilar tersebut berbasis pada informasi digital teknologi sebagai pendukung utama.
Hemat penulis struktur masyarakat Tubaba secara keseluruhan 65 – 75 persen masih berbasis pada kekuatan masyarakat agraris pertanian perkebunan sebagai mata pencarian utama. Dengan mayoritas tingkat pendidikan rata – rata dibawah SMP hingga SD. Sedangkan SMA mungkin minoritas apalagi lulusan Perguruan Tinggi. Gambaran pemetaan struktur sosial ekonomi jelas wajah kemiskinan – kebodohan minim kesejahteraan.
Secara piskologis politis gambaran pemetaan sosial ekonomi masyarakat seperti yang disebutkan diatas. Tipelogi masyarakat yang mudah sekalii dibodohi – mudah ditakut takuti dan tempat sarangnya para politikus hitam bersarang menggunakan ” money pilitic ” untuk mencapai meraih prakmatisme kekuasan politik.
Oleh karna itu pencapaian smart village 96 tiyuh seTubaba dengan enam pilar yang disebutkan diatas, minimal rata – rata mayoritas warganya lulusan SMA minimal (minoritas) lulusan SMP. Plus ada nilai tambah pada sumber penghasilan pencarian sektor agraris pertanian – perkebunan. Itulah tantangan terbesar program smart villege yang ada di 96 tiyuh seTubaba.
Untuk mencapai target pencapaian smart villege 96 tiyuh seTubaba dengan masa jabatan PJ Bupati yang hanya dua tahun berakhir 2024 memerlukan kerja ekstra yang luar biasa. Tercapai angka separuhnya saja dari 96 tiyuh sudah luar biasa dari jabatan yang hanya dua tahun. Sebab smart villege kekuatan kesuksesannya terletak pada kualitas sumber daya manusia (SDM). Paling sulit mengembangkan pembangunan pada sektor sumber daya manusia ( SDM).
Paling mudah memang adalah membangun berbasis infrastruktur fisik semata dan itu hobbynya para kepala daerah selama ini kita lihat diIndonesia. Tidak terlalu sulit karna bentuknya adalah benda mati bangunan fisik.
Ketika PJ Bupati fokus pada program smart village pengembangan sumber daya manusia (SDM) penulis sangat mengapresiasi program tersebut. Meninggalkan konsep lama peninggalan kekuasaan yang lalu, dan bergerak berorentasi pada nilai – nilai pengembangan pembangunan manusia, dimana desa / tiyuh sebagai pilar utama pondasi pembangunan.
(Penulis Ketua Kajian Kritis Kebijakan Publik Pembangunan – K3PP Tubaba)