Tulangbawang Barat, Intermedianews.co.id–Klinik Pratama Al-Raudah Medika, Tulangbawang Barat (Tubaba), mengklarifikasi sekaligus menyampaikan permohonan maaf atas kelalaian yang dilakukan tim medis terhadap seorang pasien berinisial LA (27).
Permohonan maaf itu, disampaikan pihak klinik di rumah keluarga pasien di Tiyuh (Desa) Karta, pada Jumat (6/10/2023).”Jumat pagi pihak klinik meminta maaf atas kelalaian yang telah mereka lakukan. Kami menyambut baik kedatangan dan niat baik mereka. Karena dari awal kami hanya ingin pihak klinik menyadari kesalahan yang telah mereka lakukan sehingga ke depan kejadian seperti ini tidak terulang kembali,” ujar Andri, suami LA, Sabtu (7/10/2023).
Dia mengungkapkan istri dan anaknya saat ini dalam kondisi sehat. Sehingga menurutnya, permasalahan dengan pihak klinik tidak perlu diperpanjang lagi.
“Jadi, kami juga sangat bersyukur tidak terjadi apa-apa dengan istri dan anak saya,” katanya.Senada diungkapkan Jarwati, ibunda LA. Ia menerima permohonan maaf tersebut.”Pihak keluarga sudah memaafkan atas kejadian beberapa hari yang lalu. Semoga dengan kejadian ini pihak klinik agar lebih fokus lagi dalam menangani pasien yang berobat di klinik tersebut,” ucapnya.
Sementara Sahrudin Nur selaku perwakilan Klinik Pratama Al-Raudah Medika berjanji akan memperbaiki pelayanan sehingga bisa lebih baik lagi.
“Pihak klinik memohon maaf kepada keluarga. Ini akan menjadi pelajaran buat kami kedepannya,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Klinik Pratama Al-Raudah Medika di Tiuh Margakencana, Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba) diduga melakukan kelalaian sehingga nyaris menghilangkan nyawa pasiennya.
Hal itu diungkapkan Jarwati (60), warga Tiyuh Karta, keluarga salah satu pasien rawat inap yang masuk ke klinik tersebut pada Minggu (01/10/2023) lalu.
Awalnya, kata Jarwati, putrinya La (27), masuk ke klinik tersebut pada Hari Minggu malam Senin hendak berobat karena kondisi hamil besar dan mau melahirkan.
Namun, setelah dilakukan pemeriksaan oleh tenaga medis di klinik tersebut pasien harus dilakukan perawatan (inap).
Namun sayangnya, kata Jarwati, dari hari pertama pasien masuk pada malam hari hingga keesokan pagi, tidak ada pantauan dari pihak klinik.
“Sampai pagi, putri saya mengalami pendarahan dan pecah ketuban, pihak klinik tidak ada tindakan sama sekali,” ujarnya, Kamis (05/10/2023).
Ketika akhirnya dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien, dr. Wita, dari klinik tersebut buru-buru membuat surat rujukan ke Rumah Sakit terdekat.
Anehnya lagi, tambah Andri, suami pasien, pihak klinik saat merujuk istrinya tidak menggunakan mobil ambulans padahal pihaknya menggunakan asuransi BPJS Kesehatan, dimana mobil ambulan ditanggung oleh asuransi tersebut.
Ia menambahkan pihak keluarga sangat menyayangkan kejadian tersebut serta meminta dinas terkait dan pihak BPJS untuk melakukan kajian ulang terhadap klinik tersebut karena pihak klinik tersebut tidak bekerja secara profesional.
Ia mengungkapkan klinik tersebut sering tidak ada dokter pada saat pasien akan berobat, sehingga pasien merasa terlantar. Selain itu, juga pelayanan BPJS hampir setiap hari selalu bermasalah karena dokternya selalu tidak ada.
Oleh karena itu, Andri berharap oihak BPJS dan Dinas Kesehatan mengevaluasi klinik tersebut karena jauh dari standar pelayanan terhadap pasien.
Sementara, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Tulangbawang Barat, Pramono, saat di konfirmasi terkait hal tersebut sampai dengan berita ini diturunkan belum memberi tanggapan terkait dengan kinerja para dokter di klinik tersebut.
Terpisah, saat ini kondisi pasien ibu melahirkan dan bayi dalam keadaan selamat setelah dilakukan tindakan medis berupa bedash sesar di RS. As-syifa. Sang ibu sudah diperbolehkan pulang pasca sesar, sedangkan bayi harus tetap dalam perawatan intensif rumah sakit karena sempat terkontaminasi air ketuban saat masih dalam kandungan sebelum dilakukan tindakan sesar.
“Bayinya sampai saat ini belum boleh pulang, karena masih harus dalam pengawasan dan perawatan intensif. Kalau ibu si bayi sudah boleh pulang dari kemarin,” ujar salah satu tenaga medis di RS tersebut, Kamis (05/10/2023).
Terakhir, keluarga pasien berharap kedepan tidak ada lagi tindakan yang tidak bertanggungjawab yang dilakukan oleh pihak penyelenggara layanan kesehatan di Kabupaten Tulangbawang Barat.Sehingga dapat berakibat fatal terhadap keluarga pasien. “Kita berharap ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Jangan sampai terulang kondisi yang dialami keluarga kami ini. Cukup ini yang terakhir di Tubaba. Maka kami minta, evaluasi menyeluruh klinik yang ada supaya dapat lebih respons dan melayani dengan hati kepada pasien,” tutup Andri.